SLEMAN - Di suatu pagi yang penuh semangat, Selasa, 4 Februari 2024, murid kelas 7 SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta menapaki perjalanan belajar yang lebih dari sekadar teori—mereka merangkai harmoni antara kreativitas, kebersamaan, dan cinta lingkungan dalam sebuah seni bernama Eco Print.
Dalam genggaman mereka, dedaunan bukan hanya sekadar guguran yang terabaikan tak ternilai, melainkan pesan bisu dari alam yang siap untuk dihidupkan kembali dalam rupa nan indah. Mereka membawa alat-alat sederhana: daun-daun pilihan, plastik pembungkus, goody bag berbahan kain, kompor gas mini, serta panci yang menjadi gerbang transformasi. Setiap anggota kelompok berbagi peran dengan adil, belajar tentang makna tanggung jawab dan gotong royong.
Proses kreatif ini pun dimulai—daun-daun dibalut rapi dalam plastik, seolah menyimpan rahasia keindahan yang menanti untuk diungkap. Goody bag dibalik, mempersiapkan kanvas bagi jejak alami yang akan terpatri. Lalu, dengan penuh ketelatenan, karya kecil mereka direbus dalam panci selama dua jam, membiarkan waktu dan panas menyatukan unsur alam dalam harmoni yang tak tergantikan. Saat kain terangkat dari air, keajaiban pun tersingkap—corak daun yang terserap dalam serat kain, meninggalkan jejak alami yang abadi yaitu klorofil daun yang telah tercetak.
Didampingi oleh guru IPA dan Walikelas 7, Bunda Fatwa Ika Widarti, SSi Gr, Lanjar Nurcahyo SPd, Bunda Maria Ulfa Tri S SS Gr, Bunda Nurus Sa’diyah, SPdI, Gr, Bunda Ruri Latifah SPd Gr, dan Bunda Susi Murwani MPd kegiatan ini lebih dari sekadar praktik seni, Eco Print mengajarkan mereka tentang nilai keberlanjutan, yaitu bahwa keindahan tidak harus lahir dari limbah industry yang bernilai mahal, tetapi bisa diciptakan dari apa yang telah tersedia di sekitar lingkungan kita. Mereka belajar menghargai alam, memahami bahwa setiap daun yang gugur pun memiliki kisah, jika kita mau mendengarkan.
Dalam era yang dipenuhi dengan hiruk-pikuk produksi massal, para murid ini justru melangkah mundur sejenak untuk menemukan esensi—bahwa kreativitas bisa tumbuh selaras dengan lingkungan, bahwa ilmu bukan hanya soal angka dan kata, tetapi juga tentang rasa dan kesadaran. Mereka tak sekadar mencetak motif di atas kain, tetapi juga menanam nilai dalam hati: bahwa pendidikan sejati adalah yang membentuk karakter, menumbuhkan empati, dan mengajarkan kita untuk berharmoni dengan kehidupan.
Sebab sejatinya, pembelajaran bukan hanya tentang memahami dunia, tetapi juga bagaimana kita bisa meninggalkan jejak yang bermakna di dalamnya. (Fajar Arif Herjayanto)
12 Februari 2025 , 19x Views
12 Februari 2025 , 38x Views
12 Februari 2025 , 129x Views
Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ...
26 Januari 2024 , 216444x Views
Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ...
09 Februari 2024 , 149830x Views
Naskah khutbah Jumat ini mengajak kita untuk merenungkan makna dibalik...
04 Juni 2021 , 30340x Views