Sebagai seorang pelajar, keseharian kita pasti dipenuhi oleh tantangan, perubahan, dan gejolak, baik dari diri sendiri maupun lainnya. Namun, hal ini seringkali membuat kita stress, penuh tekanan, dan emosi. Nah, dalam menghadapi hal tersebut, kira-kira hal apa yang biasanya teman-teman lakukan? Bercerita dengan teman? Membaca buku? Meski cara kita mungkin berbeda-beda setiap kali menghadapi suatu masalah atau tantangan, tetapi kita selalu berusaha untuk membuat situasi yang kita hadapi menyenangkan dan nyaman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali dan memahami coping mechanism dalam menghadapi naik-turunnya perjalanan kita di dunia.
Yuk, kita berkenalan dengan coping mechanism!
Apa sih coping mechanism itu?
Coping mechanism adalah pemikiran dan perilaku yang kita kerahkan untuk mengelola situasi stress internal dan eksternal. Selain itu, coping mechanism juga bisa disebut sebagai bentuk pertahanan diri kita dari sebuah masalah dengan mengelola emosi dan menyelesaikan sumber masalahnya. Singkatnya, coping mechanism adalah strategi yang bisa membantu kita dalam mengatasi stress dan emosi tidak nyaman.
Stress sendiri bentuknya bermacam-macam. Sederhananya, diri kita bisa merasa tertekan/stress ketika menghadapi situasi yang menakutkan (public speaking, presentasi), masalah (lupa mengerjakan PR), atau bahkan situasi yang penuh ketidakpastian (menunggu pengumuman lomba). Lalu, hal yang membuat kita stres atau tertekan itu disebut apa? Nah, hal-hal yang bisa membuat kita stres atau tertekan itu bisa kita sebut sebagai stresor. Contoh dari stresor adalah beban akademik, patah hati, kesepian, atau semua hal yang bisa memicu rasa tertekan, letih dan tidak mengenakkan.
Dampak dari stres meliputi:
Hal ini normal dialami oleh semua orang yang merasa stress dan gejalanya pun sementara. Namun, apabila tidak dikelola dengan baik, gejala stress tersebut mungkin saja tidak hilang-hilang. Kembali lagi ke topik coping mechanism, nih. Tanpa kita sadari, kita sendiri sudah menerapkan coping mechanism dalam keseharian kita, lho! Coping mechanism bentuknya bisa bermacam-macam.
Secara garis besar, strategi coping mechanism terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Problem-focused (Fokus terhadap Masalah)
Teman-teman pernah gak, ketika menghadapi sebuah masalah, rasanya pengen cepat-cepat kita selesaikan saja masalahnya? Nah, kalau teman-teman pernah, bisa jadi coping mechanism yang biasa teman-teman gunakan adalah problem-focused nih! Coping ini mengajari kita untuk memusatkan perhatian kita dalam menyelesaikan dan menghadapi langsung masalah yang sedang kita alami. Problem-focused coping mencakup aktivitas seperti perencanaan, manajemen waktu, mencari informasi atau nasihat, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengubah situasi. Ingat! Bahwa problem-focused coping ini hanya bisa dilakukan pada problem yang masih bisa kita kendalikan. Apabila problemnya bukan hal yang bisa kita kendalikan, -misalnya seperti kondisi pandemi- yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan diri dengan keadaan dan melakukan strategi coping di bawah ini.
Photo by Annie Spratt on Unsplash
2. Emotion-focused (Fokus terhadap Pengelolaan Emosi)
Emotion-focused coping berfokus pada upaya dalam mengurangi emosi negatif yang berkaitan dengan masalah yang sedang kita hadapi. Pernah gak ketika teman-teman sedang menghadapi suatu masalah, kemudian teman-teman ingin makan yang manis untuk memperbaiki mood? Nah, bisa jadi coping yang teman-teman gunakan adalah emotion-focused. Alih-alih mengatasi stressor itu sendiri secara langsung, kali ini kita berfokus dalam menangani tekanan emosional atau reaksi yang berasal dari stressor tersebut. Di sini, kita mencari dan menggunakan suatu strategi untuk mengelola respons emosional kita dengan mengurangi perasaan negatif dan meningkatkan kenyamanan secara emosional. Contoh dari emotion-focused coping adalah curhat, muhasabah diri atau berdoa, menulis jurnal, mengarahkan pikiran ke hal-hal yang lebih positif dan lain-lain. Kalau versi teman-teman bagaimana?
Baik Problem maupun Emotion Focused Coping, keduanya bukanlah hal yang selalu terpisah. Adakalanya strategi tersebut dilakukan bersamaan. Misalnya ketika besok akan ada ujian matematika dan kita merasakan deg-degan yang cukup mengganggu. Kita bisa mengatasi stress tersebut dengan belajar agar lebih merasa percaya diri (problem focused coping), sambil menyalakan air humidifier di ruang belajar agar lebih rileks dan mood membaik (emotion focused coping).
Photo by Annie Spratt on Unsplash
Hanya saja, tidak semua coping mechanism itu baik bagi diri kita. Faktanya, ada beberapa coping mechanism yang berbahaya. Yuk, kenalan dengan adaptive dan maladaptive coping mechanism
1. Adaptive Coping Mechanism
Tipe coping mechanism ini mendorong kita untuk mencari dan menggunakan strategi yang sehat dalam merespons situasi stres. Saat sedang melawan pemicu stres atau tantangan, adaptive coping mechanism mungkin tidak langsung membuat kita puas, tetapi dapat mendorong perubahan positif dalam jangka panjang (Stallman et al., 2021). Contoh dari adaptive coping mechanism, antara lain:
Photo by Katrina Wright on Unsplash
2. Maladaptive Coping Mechanism
Tipe coping ini cenderung menggunakan cara negatif dalam menghadapi situasi stress. Meskipun coping mechanism ini bisa mendistraksi dan memberikan kita kenyamanan secara instan, coping ini cenderung mengarah pada konsekuensi yang buruk bagi kita ke depannya.
Contoh dari maladaptive coping mechanism meliputi:
Bagaimana cara meningkatkan kemampuan coping kita?
Di tengah situasi yang penuh tekanan, kita mungkin kesulitan untuk memikirkan cara terbaik dalam mengatasinya. Memahami cara kerja mekanisme koping dapat membantu kita membuat strategi untuk menghadapi stress.
Berikut langkah-langkah dalam melewati situasi yang sulit:
1. Mengenali perasaan yang kita rasakan saat frustasi
Emosi kita seringkali muncul pertama kali sebagai respons fisik ketika kita merasa tidak nyaman. Ketika merasa tidak nyaman, kita seringkali bereaksi agar ketidaknyamanan tersebut hilang. Mengenali emosi atau perasaan kita dalam menghadapi situasi yang sulit dapat mencegah kita dari overreacting atau bereaksi secara berlebihan. Kita tidak akan tahu bagaimana cara mengatasi stres apabila kita sendiri kesulitan membedakan diri kita ketika stress atau tertekan. Ketika kita sudah mengenali emosi atau perasaan, kita dengan mudah dapat memecahkan permasalahan yang ada dengan baik.
2. Mencari tahu sumber masalah
Coping mechanism yang positif akan lebih efektif apabila kita bisa mengidentifikasi penyebab stress yang sedang kita hadapi. Cobalah untuk diam sejenak dan menganalisis situasi. Sebisa mungkin hindari overreacting agar kita bisa melihat situasi dan permasalahan dengan baik sehingga kita bisa memilih strategi apa yang dapat kita gunakan dalam menangani permasalahan tersebut.
3. Tentukan mekanisme mana yang bisa kita gunakan
Apabila sudah tahu sumber permasalahannya. Kita bisa menanyakan diri kita tentang hal apa yang bisa kita kontrol. Apabila kita bisa mengontrol situasinya secara langsung, kita bisa menggunakan strategi problem-focused coping. Kita bisa mencari pertolongan, menulis langkah-langkah yang bisa kita lakukan atau berdiskusi dengan orang yang juga terlibat dalam permasalahan yang kita hadapi.
Apabila kita tidak bisa mengontrol situasi yang kita hadapi secara langsung, kita bisa menggunakan strategi emotion-focused coping. Hal ini meliputi apa saja yang bisa membuat kita merasa lebih baik dan produktif ke depannya. Misalnya, curhat kepada teman, meditasi, beribadah, berpikir positif, dan lain-lain.
4. Mencari pertolongan profesional
Saat diri kita tidak mampu menghadapi situasi atau permasalahan yang kita alami. Tidak ada salahnya untuk mencari bantuan profesional. Kita bukanlah pahlawan super yang selalu bisa mengatasi apa pun, kita hanyalah seorang manusia yang memiliki kekurangan dan keterbatasan. Saat kita merasa depresi atau sedih, terkadang sangat sulit untuk merasa termotivasi dalam melakukan apa pun. Ketika hal ini terjadi, prioritaskanlah kesejahteraan diri kita dengan mencari pertolongan profesional.
Demikianlah pembahasan mengenai coping mechanism. Perlu diingat bahwa kehidupan seorang pelajar tidak semata-mata hanya dipenuhi oleh tuntutan akademis, tetapi juga dipenuhi oleh lika-liku kehidupan yang menyokong pertumbuhan emosional, sosial dan pribadi kita. Sangat penting bagi kita untuk menerapkan coping mechanism yang baik dan efektif. Coping mechanism yang baik memungkinkan kita untuk menghadapi lika-liku kehidupan dengan menjadi individu yang lebih kuat dan resiliensi. Dengan memahami, menerapkan, dan mengembangkan strategi coping ini, kita dapat membuka jalan menuju kesejahteraan emosional dan ketahanan dalam menghadapi apa pun tantangan yang akan menghampiri ke depannya. Salam sehat jiwa raga!
Referensi
Algorani, E. B. (2023, April 24). Coping mechanisms. StatPearls - NCBI Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559031/
Bailey, A. (2022). Coping Mechanisms: Everything You Need to Know. Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/coping-mechanisms-5272135
Cooks, A. (2022) Coping Mechanisms: Definition and How They function. BetterUp. https://www.betterup.com/blog/coping-mechanisms
Rekhi, S. (2023) Coping Mechanisms: Definition, Examples, & Types. The Berkeley Well-Being Institute. https://www.berkeleywellbeing.com/coping-mechanisms.html
Stallman, H. M., Beaudequin, D., Hermens, D. F., & Eisenberg, D. (2021). Modelling the relationship between healthy and unhealthy coping strategies to understand overwhelming distress: A Bayesian network approach. Journal of Affective Disorders Reports, 3, 100054
18 April 2025 , 72x Views
17 April 2025 , 96x Views
17 April 2025 , 128x Views
Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ...
26 Januari 2024 , 250563x Views
Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ...
09 Februari 2024 , 194497x Views
Naskah khutbah Jumat ini mengajak kita untuk merenungkan makna dibalik...
04 Juni 2021 , 34082x Views