Oleh: Deandra Arcelia Jazlyn
Setiap keluarga memiliki cara masing-masing dalam mengasuh putra-putrinya. Latar belakang budaya memiliki dampak besar terhadap keragaman di antara keluarga, termasuk bagaimana cara anak-anak dibesarkan. Setiap orang tua memiliki pendekatan berbeda dalam cara berinteraksi dan membimbing anak-anaknya. Pada umumnya, moral, prinsip, dan perilaku seorang anak akan terbentuk melalui ikatan ini sehingga penting untuk dapat mengetahui pola pengasuhan mana yang baik untuk anak. Tentu saja, bukan hanya sekedar kuantitas, tetapi kualitas pola asuh orang tua jelas penting.
Salah satu tokoh pola asuh orang tua yang paling berpengaruh di dunia adalah Diana Baumrind. Teori dan publikasinya mengenai parenting banyak dijadikan referensi oleh beberapa peneliti di berbagai negara. Baumrind mengklasifikasikan empat gaya pengasuhan dari dua kategori, yaitu demandingness (menuntut) dan responsiveness (responsif). Demandingness didefinisikan sebagai sejauh mana orang tua dalam mengendalikan anak, menuntutnya tentang masa depan, dan mengawasi kehidupannya. Sedangkan, responsiveness dikaitkan dengan penerimaan dan keterlibatan terhadap anak, daya tanggap, dan afeksi. Dalam artikel ini, kami akan membahas mengenai empat fokus kategori pola asuh menurut Baumrind. Setiap kategori menggunakan pendekatan yang unik tentang cara orang tua membesarkan anak-anak mereka. Simak baik-baik, ya!
1. Authoritarian Parenting
Tipe yang pertama adalah tipe otoriter atau tipe penguasa. Tipe ini memiliki gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum, di mana orang tua memaksa anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan usaha orang tua. Gaya pengasuhan ini memiliki tuntutan yang tinggi, namun tidak diimbangi dengan sikap responsif yang tinggi pula. Orang tua dengan tipe ini lebih cenderung mengekang dan membatasi keinginan anaknya. Mereka biasanya bersikap kurang hangat dan memperlakukan anak semena-mena. Mereka mungkin juga akan sering menghukum fisik serta membuat peraturan kaku yang tidak boleh dibantah.
Tipe otoriter ini tentu memiliki dampak yang akan dirasakan oleh si anak. Penelitian Romero-Acosta dkk. pada 2021 menyebutkan bahwa anak-anak dari orang tua yang otoriter sering kali merasa tidak bahagia, takut, dan cemas. Mereka akan suka membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, memiliki kemampuan komunikasi yang lemah, serta tidak dapat membuat keputusan sendiri. Selain itu, tipe pola asuh ini dapat memunculkan masalah mental serius bagi anak di kemudian hari seperti perilaku agresif dan kecenderungan depresi. Anak-anak yang tumbuh dari orang tua yang otoriter dapat menjadi anak yang mungkin paling “well-behave” karena takut akan konsekuensi dari perilaku buruknya, tetapi mereka akan memiliki harga diri yang buruk dan kemungkinan besar akan memberontak terhadap figur otoritas ketika mereka sudah dewasa.
Sumber: https://www.istockphoto.com/
2. Permissive Parenting
Tipe yang kedua adalah tipe permisif atau tipe orang tua yang serba membolehkan. Tipe pola asuh ini ditandai dengan rendahnya tuntutan dari orang tua, namun keterlibatan atau perhatian dari orang tua sangat tinggi. Orang tua yang permisif cenderung memanjakan anaknya dan mempunyai sedikit, atau bahkan tidak sama sekali, harapan pada anak. Anak bebas untuk mengatur dan menentukan keinginannya sendiri dan orang tua membiarkan anak melakukan apa yang mereka inginkan. Orang tua tipe permisif menghindari penggunaan hukuman pada anak, tidak menerapkan peraturan, dan pasif dalam disiplin.
Anak yang terlalu dimanjakan dan diberi kebebasan oleh orang tuanya tentu memiliki sikap yang berbeda. Karena pola asuh permisif melibatkan kurangnya tuntutan dan harapan, anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan gaya ini cenderung tumbuh tanpa dorongan cita-cita yang kuat. Mereka akan lebih sulit untuk diatur dan kurang memiliki motivasi. Selain itu, mereka jadi jarang belajar cara menghargai orang lain karena semua pendapatnya diterima. Penelitian yang dilakukan oleh Bahrami dkk. (2018) juga menambahkan bahwa anak dari orang tua yang permisif cenderung kesulitan mengendalikan perilakunya, suka mendominasi, egosentris, serta mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya.
Sumber: https://www.parentingforbrain.com/permissive-parenting/
3. Neglectful Parenting
Tipe pola asuh yang lainnya adalah tipe orang tua lalai atau orang tua yang mengabaikan dan menelantarkan anak. Tipe ini ditunjukkan dengan tuntutan dan perhatian dari orang tua yang sama-sama rendah. Orang tua seperti ini memilih untuk tidak mau terlibat dalam kehidupan anak mereka. Mereka tidak memenuhi kebutuhan anaknya, baik itu kebutuhan dasar maupun emosional. Mereka lebih peduli dan mementingkan diri sendiri daripada hal lain. Tidak ada komunikasi positif yang terjalin di antara orang tua dan anak dan segala kebutuhan dan tanggung jawab diserahkan sepenuhnya kepada anak itu sendiri. Akibatnya, kondisi anak menjadi terabaikan dan tidak terpantaunya tumbuh kembang anak dengan baik.
Penelitian Fadlillah & Fauziah pada 2022 menyebutkan bahwa pola asuh seperti ini dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang pada anak. Anak yang memiliki orang tua dengan tipe acuh cenderung tidak kompeten secara sosial. Banyak di antara mereka yang memiliki kontrol diri yang buruk dan tidak bisa mengendalikan kemandirian dengan baik. Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, kepercayaan diri yang buruk, berperilaku kekanak-kanakan, dan mungkin sama sekali tidak menyadari keterampilan dan kemampuan mereka.
Sumber: https://www.freepik.com/
4. Authoritative Parenting
Tipe yang paling direkomendasikan adalah tipe otoritatif yaitu tipe yang mendukung dan responsif terhadap anak. Pola asuh ini juga terkadang disebut dengan tipe demokratis. Tipe ini merupakan tipe pola asuh yang mempunyai tuntutan dan respon yang sama tinggi. Ditandai dengan orang tua yang tanggap terhadap kebutuhan anak, tetapi tetap menginginkan disiplin pada anak secara alami. Orang tua dengan tipe otoritatif biasanya bersikap tegas, namun tetap memberikan kelonggaran bagi anak untuk mengambil keputusan sendiri. Orang tua tipe ini biasanya mengutamakan kasih sayang dan komunikasi yang berjalan dengan baik dengan anak.
Menurut penelitian Tiwari pada 2022, tipe otoritatif mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan anak usia dini. Anak-anak dengan orang tua yang memiliki tipe otoritatif sering kali mampu mengendalikan diri, mandiri, dan berorientasi pada prestasi. Mereka cenderung menjaga hubungan persahabatan dengan teman sebaya, dapat bekerja sama dengan baik dengan orang dewasa, dan mampu mengatasi stres dengan baik. Tipe ini juga dapat menjadikan anak lebih disiplin karena anak diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri, tetapi tetap di bawah kontrol dan bimbingan orang tua, sehingga mereka akan lebih terlatih dalam kemampuan kedisiplinan dan kemandiriannya.
Sumber: https://www.istockphoto.com/
Karakteristik gaya pengasuhan orang tua mungkin akan terus melekat pada perilaku dan tindakan anak seiring bertambahnya usia. Hal tersebut tentu tidak serta-merta hanya karena gaya pengasuhan, tetapi banyak juga faktor lain yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku seorang anak di masa depan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pola asuh yang diterapkan seseorang terhadap anaknya dapat mempengaruhi perkembangan anak secara signifikan.
Gaya pengasuhan yang paling direkomendasikan adalah pengasuhan otoritatif dimana orang tua ini bersifat suportif. Mereka membimbing anak melalui diskusi terbuka dan jujur untuk mengajarkan anak terkait nilai-nilai dan penalaran. Mereka tidak semena-mena memanjakan anak dan masih menetapkan batasan dan aturan. Namun berbeda dengan orang tua yang otoriter, mereka lebih mengasuh. Dengan ini, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cakap, percaya diri, dan terampil.
Bagaimanapun juga, orang tua adalah tempat pertama anak tumbuh dan pola asuh yang Anda gunakan akan mempengaruhi perilaku anak Anda. Perlu diingat bahwa penting untuk memahami perilaku diri sendiri atau anak Anda terlebih dahulu, kemudian baru dapat mempelajari cara atau mengembangkan pendekatan Anda. Oleh karena itu, penting untuk memastikan gaya pengasuhan Anda mendukung pertumbuhan sehat anak Anda.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {لِأنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ
Nabi saw. bersabda, “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya daripada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha’.” Hadis riwayat imam At-Tirmidzi.
REFERENSI
Bahrami, B., Dolatshahi, B., Pourshahbaz, A., & Mohammadkhani, P. (2018). Comparison of personality among mothers with different parenting styles. Iranian journal of psychiatry, 13(3), 200.
Fadlillah, M., & Fauziah, S. (2022). Analysis of Diana Baumrind's Parenting Style on Early Childhood Development. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, 14(2), 2127-2134.
Romero-Acosta, K., Gómez-de-Regil, L., Lowe, G. A., Lipps, G. E., & Gibson, R. C. (2021). Parenting styles, anxiety and depressive symptoms in child/adolescent. International Journal of Psychological Research, 14(1), 12-32.
Santrock, J. W. (2017). A topical approach to lifespan development. McGraw-Hill Education.
Sanvictores, T., & Mendez, M. D. (2021). Types of parenting styles and effects on children. In StatPearls; StatPearls Publishing LLC.
Tiwari, A. P. (2022). Authoritative Parenting: The Best Style in Children’s Learning. American Journal of Education and Technology, 1(3), 18-21.
24 Januari 2025 , 30x Views
24 Januari 2025 , 25x Views
24 Januari 2025 , 40x Views
Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ...
26 Januari 2024 , 207982x Views
Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ...
09 Februari 2024 , 139571x Views
Naskah khutbah Jumat ini mengajak kita untuk merenungkan makna dibalik...
04 Juni 2021 , 30169x Views