Drs HA Hafid Asrom MM : Setiap Individu Adalah Guru



SLEMAN - Hari Guru Nasional (HGN) 2024 yang bertepatan dengan HUT ke-79 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ditetapkan melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Tahun 2024 HGN dengan mengusung tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat." HGN dan HUT PGRI diperingati setiap tanggal 25 November.

Beragam definisi mengenai "guru" telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri. Secara umum, guru diartikan sebagai tenaga pendidik profesional yang bertugas mendidik, mengajarkan ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.

Guru adalah sosok yang mengabdikan dirinya untuk mendidik, mengarahkan, dan melatih murid agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan. Tak hanya itu, guru juga memberikan pendidikan moral dan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Perannya sangat penting dalam mencetak generasi penerus yang cerdas secara intelektual dan berbudi pekerti luhur.

Ketua Yayasan Asram/Badan Pengelola dan Pelaksana Harian (BBPH) Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS), Hafidh Asrom, menyampaikan pandangannya bahwa "setiap individu adalah guru."

“Siapapun kita adalah guru. Orang yang mengajarkan ilmu, membimbing, melatih, mengarahkan, membantu kebaikan, dan memberi manfaat pada orang lain adalah seorang guru,” kata Hafidh Asrom dalam komentarnya menyambut HGN, Senin (24/11/2024).

Pernyataan ini selaras dengan gagasan Ki Hajar Dewantara yang menyatakan, “Semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru.” Menurut Hafidh Asrom, pelajaran dan ilmu dapat diperoleh di mana saja dan dari siapa saja, asalkan seseorang mau menyadarinya dan terus belajar.

Sopir dan Perawat Taman Berperan Sebagai Guru

Hafidh Asrom mencontohkan, pegawai yang bukan berstatus guru formal di sekolah, seperti sopir atau perawat taman, juga bisa berperan sebagai guru.

“Sopir bisa mengajarkan doa perjalanan kepada murid-murid saat di antar-jemput, mengajak mereka membaca Al-Qur'an, atau bersholawat bersama. Dengan begitu, sopir menjadi guru bagi murid selama di mobil,” jelas Hafidh.

Begitu pula dengan perawat taman, ia dapat mengajarkan cara menanam pohon yang baik kepada murid-murid sehingga tanaman tumbuh subur. “Jadi, siapapun dan apapun kedudukannya, bisa menjadi guru,” tambahnya.

Menurut Hafidh Asrom, mendidik adalah proses mengubah perilaku murid agar menjadi lebih baik, yang membutuhkan usaha lebih besar dibandingkan sekadar mengajarkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pembiasaan baik yang dilakukan oleh pegawai seperti sopir akan memberikan dampak positif bagi murid.

“Saya sangat berharap para sopir dan pegawai lainnya ikut membiasakan hal-hal baik kepada murid-murid,” tegas Hafidh.

Apresiasi untuk Guru di Seluruh Unit

Hafidh Asrom juga memberikan apresiasi kepada seluruh guru di unit sekolah, boarding, dan pondok pesantren di AYWS yang telah mendedikasikan dirinya selama bertahun-tahun, menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua guru di AYWS. Semoga jasa-jasa mereka menjadi berkah dan selalu dikenang,” katanya.

Ia mengingatkan agar seluruh guru dan pegawai AYWS terus mengedepankan nilai-nilai Trilogi Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (memberi teladan di depan), Ing Madya Mangun Karso (memberi motivasi di tengah), dan Tut Wuri Handayani (mendorong di belakang).

“Semua orang adalah guru. Selamat Hari Guru,” tutup Hafidh. (Chaidir)