KOMUKA Wujudkan Kurikulum Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus



SLEMAN - Komunitas Guru KB TK Al Azhar Yogyakarta (KOMUKA) menggelar kegiatan diskusi bertema “Pengembangan Kurikulum yang Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus” pada Selasa, 25 Februari 2025. Kegiatan ini diikuti oleh empat sekolah di bawah naungan Al Azhar Yogyakarta World School, yakni KB TK Islam Al Azhar 31, KB TK Islam Al Azhar 38, KB TK Islam Al Azhar 55, dan Al Azhar 60 Early Years Programme.

Diskusi ini menghadirkan narasumber Nuwuningsih SPd MPd, seorang penggiat pendidikan inklusi sekaligus Ketua Asosiasi Sekolah PAUD Inklusi Kabupaten Bantul. Kehadiran beliau memberikan wawasan baru tentang pentingnya pendidikan inklusif yang mampu mengakomodasi kebutuhan semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus. Nuwuningsih menjelaskan bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar konsep, melainkan praktik nyata untuk memastikan setiap anak memiliki hak yang sama dalam belajar dan berkembang.

Acara ini diselenggarakan di Auditorium Al Hafidh dan dihadiri oleh para kepala sekolah, guru, serta tenaga pendidik dari keempat sekolah tersebut. KOMUKA, selaku panitia penyelenggara, terdiri dari para koordinator bidang kurikulum dari masing-masing sekolah yang terlibat, dengan bimbingan dari Wakil Kepala Bidang Akademik Al Azhar Yogyakarta Suhartini MPd.

Dalam diskusi ini, peserta saling berbagi pengalaman dan tantangan yang dihadapi dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Beberapa guru mengisahkan kisah inspiratif bagaimana mereka membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus mencapai potensinya. Salah satu cerita datang dari seorang guru KB TK Islam Al Azhar 31 yang berhasil membimbing seorang anak dengan spektrum autisme hingga mampu berinteraksi sosial dan mengikuti kegiatan belajar secara mandiri.

Selain berbagi pengalaman, diskusi ini juga membahas strategi praktis dalam merancang kurikulum yang ramah inklusi. Nuwuningsih memaparkan pentingnya kolaborasi antara guru, orang tua, dan tenaga ahli agar anak-anak mendapatkan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya. “Pendidikan inklusif bukan hanya tentang memfasilitasi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga mengajarkan anak-anak lain untuk menghargai perbedaan dan membangun empati sejak dini,” ujarnya.

Di akhir acara, peserta sepakat untuk terus memperkuat komunikasi dan kerja sama antar sekolah guna mewujudkan lingkungan pendidikan yang inklusif dan ramah bagi semua anak. Diharapkan, inisiatif seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk terus berinovasi dan memberikan ruang bagi setiap anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensinya. (Afifah Nurul Azmi)