Membimbing Anak Latihan Berpuasa: Tips untuk Orang Tua



Oleh : Shafa Salsabilla

Ramadhan bukan hanya tentang menjalankan kewajiban menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu dari fajar hingga senja, tetapi juga menjadi momentum yang tepat untuk mempererat hubungan keluarga melalui kebersamaan, termasuk dengan mengajak anak berpuasa.
Meskipun anak belum baligh, mempersiapkan mereka untuk berpuasa sangat penting agar mereka lebih siap saat dewasa. Lebih dari itu, puasa juga berperan dalam membentuk karakter anak sejak dini, seperti menanamkan disiplin, ketangguhan, serta kejujuran. Oleh karena itu, orang tua perlu terlibat aktif dalam membimbing dan membiasakan anak berpuasa dengan cara yang menyenangkan.

Kapan anak bisa berlatih puasa?

Idealnya, anak bisa mulai dikenalkan dengan konsep
puasa sejak usia 5-6 tahun. Namun, penting bagi orang tua untuk tidak memaksa mereka berpuasa penuh sejak awal. Sebagai langkah awal, anak bisa berpuasa secara bertahap, seperti puasa hingga pukul 12.00 siang, lalu berbuka dan melanjutkan puasa kembali hingga Magrib. Pendekatan ini membantu anak beradaptasi dan tidak merasa terbebani.

Lantas, apa saja yang harus orang tua lakukan untuk melatih anak berpuasa? Yuk simak tps-tips di bawah ini.

* Tanamkan pemahaman tentang puasa

Orang tua perlu menjelaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga memiliki manfaat lain, seperti melatih kesabaran dan pengendalian diri, meningkatkan kecerdasan emosional dan kedisiplinan, serta membantu tubuh membersihkan racun
(detoksifikasi) dan menjaga kesehatan

Agar anak lebih memahami konsep puasa, orang tua bisa menggunakan berbagai media interaktif, seperti buku cerita bertema Ramadhan, video kartun edukatif tentang puasa, hingga bercerita secara interaktif, misalnya menceritakan kisah-kisah Nabi dan nilai-nilai
kebaikan dalam puasa.

Bersikap terbuka juga penting, sehingga ketika anak bertanya tentang puasa, orang tua bisa menjawab dengan cara yang mudah dimengerti.

* Bimbing anak latihan puasa secara bertahap

Berpuasa penuh tentu berat bagi anak karena tubuh mereka belum terbiasa. Oleh karena itu, mulailah dengan cara yang lebih ringan:
● Ajarkan anak berpuasa hingga pukul 12.00 siang.
● Jika anak sudah terbiasa, dorong untuk mencoba hingga sore hari.
● Jika anak sudah merasa lebih kuat, barulah coba puasa penuh dari Subuh hingga Maghrib.

Perlu diingat, jangan pernah memaksa anak. Jika anak dipaksa, anak bisa merasa trauma dan enggan berpuasa di kemudian hari. Bimbing anak sesuai kemampuan mereka dan berikan dukungan penuh.

" Pastikan pola makan mendukung

Agar anak tetap berenergi selama berpuasa, pastikan kebutuhan gizinya tercukupi. Orang tua perlu menyiapkan menu sahur dan berbuka yang mengandung:
● Karbohidrat terutama karbohidrat kompleks (nasi merah, roti gandum, oatmeal) agar kenyang lebih lama.
● Protein (telur, ikan, daging, tempe, tahu) untuk energi dan pertumbuhan.
● Serat dan vitamin (sayur dan buah) untuk menjaga pencernaan tetap sehat.
● Air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi.

Hindari makanan manis berlebihan saat sahur karena bisa membuat anak cepat lapar.
Selain itu, libatkan anak dalam memilih menu sahur dan berbuka agar anak lebih bersemangat menjalankan puasa.

* Ciptakan aktivitas yang menyenangkan

Terkadang, anak merasa bosan saat berpuasa, yang bisa membuat mereka ingin berbuka lebih cepat. Orang tua hendaknya mengajarkan anak bahwa beribadah bulan puasa adalah ladang ibadah. Ajaklah anak untuk solat Tarawih, mengaji, dan juga bersedekah untuk memupuk karakter baik dalam diri anak.

Selain itu, orang tua bisa mengajak anak dalam aktivitas menyenangkan tetapi tetap produktif, seperti membaca buku, menonton video edukasi, berkreasi, berkebun, dan lain-lain. Namun, perlu diperhatikan agar anak tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat sgar tidak mudah kelelahan.

* Berikan apresiasi dan motivasi

Agar anak semakin semangat berpuasa, berikan apresiasi atas usaha mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan cara:
● Memberikan pujian atas pencapaian mereka, misalnya: "Wah, hari ini kakak berhasil puasa sampai jam 12, besok coba lebih lama lagi ya!"
● Memberikan hadiah kecil, seperti makanan favorit untuk berbuka.
● Menjadikan puasa sebagai tantangan yang menyenangkan, misalnya dengan membuat progress tracker puasa.

Namun, ingat! Jangan menghukum atau mengecilkan usaha anak jika mereka belum bisa berpuasa penuh. Fokuslah pada proses dan progres mereka, bukan sekadar hasil akhir.

* Menghadapi tantangan

Saat baru berlatih puasa, anak mungkin sering mengeluh lapar, haus, atau merasa lemas. Orang tua bisa mengatasinya dengan beberapa cara, misalnya mengalihkan perhatian anak ke aktivitas yang menyenangkan, seperti menyiapkan takjil bersama.

Orang tua juga dapat memberikan motivasi dan pengertian bahwa puasa adalah bagian dari latihan kesabaran yang akan mendatangkan pahala. Selain itu, jika anak merasa lelah, izinkan anak untuk beristirahat.

Terkadang, anak merasa tidak kuat dan ingin berbuka sebelum waktunya. Jika ini terjadi, lakukan pendekatan yang lembut, seperti:
● Memberikan motivasi dengan cara yang hangat, "Tinggal satu jam lagi, lho! Yuk kita main dulu biar nggak terasa."
● Jika anak benar-benar tidak kuat, izinkan berbuka dengan minum air putih, lalu dorong untuk mencoba puasa lebih lama keesokan harinya.

Perlu dicatat, jangan memaksa anak, tetapi ajarkan pentingnya usaha dan konsistensi.

Melatih anak berpuasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga membentuk karakter mereka. Orang tua adalah role model terbaik bagi anak, sehingga
keterlibatan orang tua dalam melatih anak berpuasa sangat penting.

Pendekatan bertahap, aktivitas menyenangkan, pola makan sehat, serta motivasi yang tepat akan membantu anak menjalani puasa dengan lebih ringan dan bermakna. Yang terpenting, pastikan anak merasa nyaman dan menikmati pengalaman puasa agar mereka
lebih siap saat sudah dewasa. Pastikan Ramadhan tahun ini menjadi momen yang berharga bagi keluarga dan pengalaman yang berkesan bagi anak-anak. ***