Koordinator SIGAP: Guru dan Karyawan AYWS Harus Jadi Teladan Adab



SLEMAN - Guru dan karyawan harus menjadi teladan adab bagi para murid di seluruh unit Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS). Jika adab murid yang belum baik dan sempurna, hal ini disebabkan oleh kurangnya keteladanan dari para pendidik.

“Anak-anak membutuhkan contoh nyata untuk membangun kebiasaan Islami. Jika kita sebagai guru belum menunjukkan adab yang baik, bagaimana mereka bisa menirunya?” kata Koordinator SIGAP (Satuan Internalisasi Giat Adab Pendidikan) AYWS, Ustadz Munawwir MPd, dalam acara Pembinaan Keagamaan bagi para guru dan karyawan SD Islam Al Azhar 31 Yogyakarta di Auditorium Al Hafidh, Selasa (19/11/2024).

Ia meminta seluruh guru dan karyawan untuk lebih serius dalam melaksanakan adab Islami, seperti dalam hal sholat berjamaah.

Sholat berjamaah bukan hanya kewajiban, tetapi juga salah satu bentuk pendidikan karakter Islami yang nyata. Dengan melibatkan guru dan karyawan secara aktif, murid akan melihat dan meniru kedisiplinan, kekhusyukan, serta adab yang benar dalam sholat berjamaah.

Ustadz Munawwir mengungkap, keterlibatan guru dalam sholat berjamaah di Masjid rata-rata hanya 20%. Oleh karenanya kepada para guru untuk sholat berjamaah di masjid sambil membimbing para murid.

Selain itu, Ustadz Munawir juga menekankan pentingnya peran guru dalam membimbing murid melakukan wudhu dengan benar. Guru tidak hanya bertugas mengajar di kelas, tetapi juga turut membantu murid memahami dan mempraktikkan tata cara wudhu yang sesuai dengan syariat Islam.

“Mengajarkan adab Islami tidak cukup dengan teori. Kita perlu terjun langsung, membimbing mereka, bahkan dari hal-hal kecil seperti cara berwudhu. Ini adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai pendidik Islami,” tambahnya.

Melalui SIGAP, seluruh guru dan karyawan di unit-unit Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) di Sleman, Bantul, dan Wonosari diharapkan dapat menjadi teladan adab Islami. Dengan komitmen yang kuat, program ini diharapkan mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki akhlak dan adab yang mulia.

SIGAP menjadi langkah konkret untuk memperbaiki adab murid melalui keteladanan guru, karena perubahan besar selalu dimulai dari contoh kecil yang dilakukan dengan penuh keikhlasan.

“Kita tidak hanya bertugas mendidik, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai adab diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Melalui program SIGAP, guru dan karyawan diharapkan tidak hanya mendampingi murid dalam ibadah dan pembelajaran, tetapi juga menjaga perilaku mereka agar senantiasa mencerminkan adab Islami. Dengan sikap yang terjaga, murid akan lebih mudah memahami dan meniru adab yang baik, sehingga tujuan mencetak generasi beradab dan berakhlak mulia dapat tercapai.

Program ini menjadi langkah nyata dalam memastikan bahwa adab Islami tidak hanya diajarkan, tetapi juga dihidupkan melalui teladan langsung dari para pendidik di AYWS.

Sementara itu Wakabid Keagamaan BPPH Al Azhar, KH Zulfi Fuad Tamyiz SE,  menegaskan pentingnya menciptakan adab Islami sebagai identitas utama di lingkungan Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS). m

Ia meminta seluruh keluarga besar AYWS. untuk menjaga dan menerapkan adab Islami tidak hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan sekitar dan di rumah.

“Adab harus menjadi ciri khas Al Azhar. Dengan menciptakan adab yang baik, kita tidak hanya mendidik murid, tetapi juga memotivasi wali murid untuk lebih bangga terhadap lingkungan pendidikan anak-anak mereka,” ujar H. Zulfi.

Kiai Zulfi menekankan bahwa adab seperti sikap hormat kepada guru, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab, menjadi nilai yang membedakan Al Azhar dari institusi pendidikan lainnya. Jika adab ini diterapkan secara konsisten oleh seluruh keluarga besar AYWS, maka lingkungan sekolah akan menjadi tempat yang lebih kondusif bagi pengembangan karakter Islami murid.

Selain itu wali murid akan merasa yakin dan termotivasi untuk terus mendukung pendidikan anak-anak mereka di Al Azhar. Murid akan membawa nilai-nilai Islami ke lingkungan luar, mencerminkan identitas Al Azhar di masyarakat luas.

Kiai Zulfi juga mengingatkan bahwa pembentukan adab Islami harus dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan, melibatkan semua elemen, mulai dari guru, karyawan, hingga keluarga di rumah. Dengan demikian, adab Islami tidak hanya diajarkan, tetapi juga menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

“Jika kita semua berkomitmen, maka ciri khas dan ikon Al Azhar sebagai institusi pendidikan berbasis adab Islami akan terus dikenal dan dihormati,” katanya.

Sedangkan Kepala Seksi Syiar dan Dakwah Bidang Keagamaan, Ustadz Muhammad Shodiqin SAg mengemukakan bahwa membentuk adab harus dimulai dari diri sendiri, seperti yang Allah firmankan dalam Surah At-Tahrim ayat 6,” ujar Ustadz Shodiqin, seraya mengutip ayat:

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."

Ia menjelaskan bahwa perintah ini menegaskan pentingnya memulai perbaikan dari diri sendiri sebelum mendidik orang lain, termasuk murid-murid di sekolah. Adab, katanya, adalah jihad sehari-hari yang melibatkan perjuangan melawan hawa nafsu, melatih diri untuk bersikap sabar, dan memberi teladan akhlak mulia kepada orang-orang di sekitar.

Dalam pembinaannya, Ustadz Shodiqin juga merujuk pada Surah Al-Ankabut ayat 69, yang menjelaskan bahwa Allah akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang berjihad di jalan-Nya. “Mengajarkan adab, bersikap santun kepada murid, dan menjaga tradisi Islami, seperti kebiasaan murid mencium tangan guru, adalah bentuk jihad yang besar dalam profesi kita sebagai pendidik,” tegasnya. ***