BALI, dengan segala pesona budaya dan alamnya, menjadi saksi perjalanan inspiratif para siswa SMP Islam Al Azhar 66 Bantul dalam Rihlah Literasi Budaya yang digelar pada 11-15 Februari 2025. Kegiatan ini tidak sekadar perjalanan wisata, tetapi juga sebuah pengalaman edukatif yang memperkaya wawasan dan memperdalam kecintaan mereka terhadap budaya Indonesia.

Sejak awal perjalanan, antusiasme para siswa sudah terasa. Mereka tidak hanya datang untuk menikmati keindahan Pulau Dewata, tetapi juga untuk belajar langsung dari masyarakat Bali yang menjaga tradisi dan kearifan lokal dengan begitu baik.

Destinasi pertama yang dikunjungi adalah Desa Panglipuran, desa adat yang terkenal dengan kebersihannya dan dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Di sini, para siswa diajak memahami bagaimana masyarakat setempat menjaga lingkungan dengan tata kelola yang rapi dan penuh disiplin. Mereka berkeliling desa, melihat rumah-rumah tradisional dengan arsitektur khas, serta mendengarkan penjelasan tentang filosofi hidup masyarakat Bali yang tetap menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Di tempat bagi siswa sangat menginspirasi. Sebab Desa Panglipuran benar-benar rapi dan bersih. Warganya begitu ramah, dan mereka hidup dalam harmoni dengan alam. Siswa jadi semakin sadar betapa pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan.

Pesona Seni Spektakuler dalam Bali Agung

Tidak lengkap rasanya mengenal Bali tanpa menyaksikan kekayaan seninya. Para siswa kemudian diajak menyaksikan pertunjukan Bali Agung, sebuah teater kolosal yang menggabungkan tari tradisional, musik gamelan, serta kisah-kisah sejarah Bali yang ditampilkan dengan efek panggung luar biasa.

Pertunjukan ini membius para siswa. Mereka tak hanya menikmati keindahan tari dan musik, tetapi juga belajar tentang mitologi serta perjalanan sejarah Bali yang dikemas dengan apik. Luar biasa! Pertunjukannya tidak hanya menghibur, tapi juga penuh nilai budaya yang sangat menarik untuk dipelajari

Menyentuh Kehidupan Satwa di Pulau Penyu

Rihlah Literasi Budaya ini tidak hanya berbicara soal budaya, tetapi juga tentang kepedulian terhadap lingkungan. Para siswa mengunjungi Pulau Penyu di Tanjung Benoa, tempat konservasi berbagai jenis penyu yang dilindungi. Mereka mendapat kesempatan langka untuk berinteraksi langsung dengan penyu, belajar tentang siklus hidupnya, serta memahami ancaman yang dihadapi oleh satwa laut ini akibat polusi dan perburuan ilegal.

Bagi siswa mungkin baru tahu kalau penyu bisa hidup hingga lebih dari 100 tahun.  Hal ini menjadi inspirasi siswa agar manusia harus benar-benar menjaga laut agar mereka tetap bisa bertahan.

Menikmati Magisnya Tanah Lot

Sebagai penutup perjalanan, para siswa diajak mengunjungi Tanah Lot, salah satu ikon wisata Bali yang terkenal dengan pura di atas batu karang yang kokoh di tengah laut. Saat matahari mulai terbenam, mereka menyaksikan pemandangan yang begitu memukau—siluet pura yang berpadu dengan langit keemasan, menciptakan suasana magis yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Di tempat ini, mereka juga belajar tentang pentingnya spiritualitas dalam kehidupan masyarakat Bali serta bagaimana budaya dan agama dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di tempat tersebut membuat siswa benar-benar kagum. Tempat ini tidak hanya indah, tapi juga mengajarkan banyak hal tentang kehidupan.

Lebih dari Sekadar Perjalanan

Rihlah Literasi Budaya ini bukan sekadar wisata biasa, tetapi sebuah perjalanan penuh makna yang membawa para siswa lebih dekat dengan kekayaan budaya dan alam Indonesia. Mereka tidak hanya melihat dan menikmati, tetapi juga memahami dan menghargai warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang.

Dengan semangat ini, SMP Islam Al Azhar 66 Bantul berharap bahwa perjalanan ini akan menjadi bekal berharga bagi para siswa—bukan hanya sebagai kenangan indah, tetapi juga sebagai inspirasi untuk terus mencintai, menjaga, dan melestarikan budaya serta alam Indonesia. (Budi Purnomo)